Pages

Sabtu, 06 Juni 2015

The Opportunist Klebsiella




Halo semuanya ;D apakah kalian pernah mendengar tentang bakteri Klebsiella? bakteri ini bersifat oportunistik. Nah dari pada penasaran, disini nih kalian bisa baca informasinya ^^/
Spesies Klebsiella ini cukup banyak loh teman, tapi untuk saat ini yang mau dibahas khusus merujuk ke spesies Klebsiella pneumoniae.

Apa itu Klebsiella pneumoniae?

Suatu hari, di Jerman ditemukan seseorang yang meninggal karena penyakit pneumonia. Lalu, Mr. Carl Friedlander bertanya-tanya makhluk apa yang menyebabkan penyakit ini? Dengan segala kecerdasan dan kesabaranya akhirnya Dia mengetahui ternyata ada bakteri Klebsiella pneumoniae. Bakteri ini juga punya nama eksis bakteri Friedlander karena yang menemukannya Mr.Carl Friedlander. 

Bakteri ini bentuk nya basil, bersifat oportunistik, non motil (tidak bergerak), ukuran 0,5 – 1,5 x 1 – 2 ยต, mempunyai selubung polisakarida, dan fakultatif anaerob (Dokter.com, 2014).












Klasifikasi bakteri Klebsiella pneumoniae
Kingdom:Bacteria
Phylum:Proteobacteria
Class:Gamma Proteobacteria
Orde:Enterobacteriales
Family:Enterobacteriaceae
Genus:Klebsiella
Species:Klebsiella pneumoniae

Dimana habitat Klebsiella pneumoniae?
Ditemukan di saluran pencernaan, mulut, kulit tetapi habitat aslinya di tanah. Klebsiella ini jadi patoghen karena “tersesat” di paru-paru (Pertiwi W. 2009).


Kapan Klebsiella pneumoniae merugikan dan menguntungkan?
Awalnya Klebsiella ini kan hidup di tanah lalu bisa masuk ke saluran pencernaan, mulut, serta kulit lewat air tanah. Nah dengan melihat peluang ini, pasti lebih mudah untuk nya mendapatkan nutrisi maka dari itu dijuluki “oportunis”. Di saluran pencernaan Klebsiella memiliki manfaat untuk memfermentasikan laktosa di produk akhirnya. Sangat baik bukan?
Tapi lain halnya jika masuk ke saluran pernafasan, maka menyebabkan penyakit pneumonia yaitu penyakit saluran napas bawah (lower respiratory tract (LRT)) akut, biasanya disebabkan oleh infeksi (Jeremy, 2007).


Bagaimana caranya Klebsiella pneumoniae menyebabkan penyakit pneumonia?
                                                 
Paru-paru memiliki mekanisme pertahanan dengan mikroorganisme yang terhirup dengan releks batuk, sistem mukosilier, dan fagositosis. Saat mekanisme ini tidak berjalan baik maka jumlah bakteri semakin meningkat dan saat konsentrasi yang cukup, bakteri masuk ke saluran pernapasan bawah dan paru-paru. Kemudian terjadi pembengkakan pada lobus paru-paru sehingga ukuran lobus kanan/ kiri nya tidak sama besar. (blogkesehatan.net, 2012).


Kenapa Klebsiella bersifat merugikan untuk saluran pernapasan? Apa yang dimiliki Klebsiella pneumoniae?

Bakteri ini punya dua tipe antigen pada permukaan selnya:
1.     Antigen O adalah lipopolisakarida yang punya 9 varietas
2.    Antigen K adalah polisakarida yang dikelilingi oleh kapsula dan 80 varietas
Antigen ini membuat patoghen Klebsiella meningkat. Selain itu punya enzim ESBL (Extended Spektrum Beta Lactamase) yang mampu resisten terhadap antibiotik.

Bakteri Klebsiella ialah bakteri enterik (hidup di saluran pencernaan), bakteri ini memiliki aktivitas katalase yang memfermentasikan gula (laktosa) menjadi produk akhirnya.

Bagaimana solusi pathogen Klebsiella pneumoniae?

Bakteri ini sangat tahan terhadap antibiotik. Obat-obat ini dapat dijadikan sebagai monoterapi, yaitu aminoglikosida (menghambat pembnetukan protein bakteri) dan sefalosporin (menganggu pembentukan dinding sel bakteri) (Hanifah,2013).


Siapa yang bisa menerapkan solusi terhadap pathogen Klebsiella pneumoniae?

Seorang dokter yang mengerti tentang gejala pasiennya, dan menyerang bagian mana si bakteri Klebsiella ini. Tentunya, tak lupa juga dari diri sendiri yang lebih hati-hati untuk mencegah pneumonia ini. Dengan cara :
1.     Memakai masker jika interakasi dengan orang yang terkena pneumonia
2.    Cuci tangan setelah melakukan aktivitas dari manapun (terlebih lagi jika dari rumah sakit)


Daftar Pustaka

Carpenter, J.L.Klebsiella pulmonary infections: occurrence at one medical center and review, Rev Infect Dis. 1990.

Jawetz, E.Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : EGC. 1996

Rahardja, F.Efek Kombinasi Ampisilin dan Klorampenikol Terhadap Streptococcuspneumoniae dan Klebsiella pneumonia. Bandung : Departemen Farmasi ITB. 2006.

Hanifah. Berbagai Macam Antibiotik beserta Manfaat dan Efek Sampingnya. http://artikel_detail-88238-Kesehatan-Berbagai Macam Antibiotik beserta Manfaat dan Efek Sampingnya.html, 2013. Diakses pada tanggal 5 Juni 2015 pukul 22.30 WIB

Pertiwi W. Sensitivitas dan Spesifisitas metode Dot Blot menggunakan Antigen Outer Membrane Protein Klebsiella pneumoniae yang Direspon Secretory-Immunoglobulin A Sputum Penderita Terinfeksi Klebsiella pneumoniae. http://jurnalrespirologi.org , 2009. Diakses pada tanggal 5 Juni 2015 pukul 22.37 WIB


Anonim. Gejala dan Pengobatan Infeksi Bakteri Klebsiella pneumoniae. http://doktersehat.com , 2014. Diakses pada tanggal 6 Juni 2015 pukul 11:53 WIB


Kamis, 23 April 2015

Air Minum Kemasan? atau Mikroba dalam Kemasan







Tidak dapat dipungkiri di jaman serba cepat ini, kita selalu melakukan apapun dengan instan. Tak terkecuali dengan mengkonsumsi air untuk minum. Banyak orang yang lebih memilih membeli air minum kemasan saja untuk dibawa di jalan dibandingkan dengan membawa air minum sendiri dari rumah, atau bahkan dirumah pun mereka tidak memasak air sendiri tetapi juga menggunakan air galon. Tanpa kita sadari, ternyata air minum kemasan yang selama ini kita minum dan kita anggap aman untuk dikonsumsi bisa mengandung mikroba-mikroba berbahaya. Apa saja mikroba yang bisa terdapat dalam air minum kemasan? Dan bagaimana sebenarnya proses pembuatan air minum kemasan ini? Saya akan berbagi sedikit info nya disini..
          Air minum kemasan atau dengan istilah AMDK (Air Minum Dalam Kemasan) menurut SNI 01-3553-2006, merupakan air minum yang siap di konsumsi secara langsung tanpa harus melalui proses pemanasan terlebih dahulu dan aman diminum. Air minum dalam kemasan tersedia dalam berbagai ukuran 19 ltr atau 5 galon , 1500 ml / 600 ml ( bottle), 240 ml /220 ml (cup).
          Proses Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) harus melalui proses tahapan secara klinis maupun secara hukum, secara higines klinis biasanya disahkan menurut peraturan pemerintah melalui Departemen Badan Balai Pengawasan Obat Dan Makanan ( Badan POM RI) baik dari segi kimia, fisika, microbiologi, dll. Tahapan secara hukum biasanya melalui proses pengukuhan merek dagang, hak paten, sertifikasi dan asosiasi yang mana keseluruhannya mengacu pada peraturan pemerintah melalui DEPERINDAG, Untuk SNI (Standar Nasional Indonesia), Merek Dagang dll. Untuk masalah air kemasan tentang Hak Cipta, Hak Paten Merek dll biasanya melalui instansi DEPARTEMEN KEHAKIMAN untuk pengurusan paten merek jenis barang dll.

Proses pengolahan air menjadi air kemasan tidaklah semudah yang dibayangkan. Berdasarkan KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA terdapat 6 tahap yang harus dilalui yaitu:

  1. Proses Water Treatment System
  2. Proses Water Sterilisasi
  3. Proses Quality Control System
  4. Proses Pengemasan ( Gallon, Bottle, Cup, dll)
  5. Proses Pengepakan
  6. Proses Distribusi
Proses – proses diatas dapat dijelaskan dalam beberapa tahapan :
1.   Proses Water Treatment System
Proses Water Treatment System  atau proses pengolahan air yang merupakan air yang bersih higienis dan bebas dari segi fisika maupun kimia
2.  Proses Water Sterilisasi
Proses sterilisasi harus dilakukan secara baik dan benar, agar kualitas air yang dihasilkan benar–benar steril dan dijamin tidak merugikan kesehatan.
Adapun proses ini dilakukan setelah proses OZONISASI yaitu proses pencampuran gas ozone kedalam air umpan yang telah diproses melalui water treatment system, yang mana ozone ini berfungsi sebagai / membunuh kuman, bactery serta virus–virus yang kemungkinan masih ada dalam air, serta sebagai pengawet yang food grade yang tidak ada efek samping terhadap tubuh manusia.
3.  Proses Quality Control System
Proses quality control dilakukan secara bertahap dan continu agar air yang dikemas benar–benar stabil dan terjamin kualitasnya dari waktu kewaktu.
4.  Proses Pengemasan
Proses pengemasan dapat berupa kemasan gallon , bottle, atau cup yang mana proses ini diharuskan menggunakan mesin mesin yang automatic maupun semi- automatic agar kontak tangan maupun tubuh operator dihindari sekecil mungkin agar tidak terjadi kontaminasi dari tubuh operator tersebut ke dalam kemasan maupun air hasil.

5.  Proses Pengepakan
Proses Pengepakan dapat dilakukan secara manual maupun automatic yang terpenting disini pengemasan dilakukan dengan rapi dan bersih.
6.  Proses distribusi
 Proses distribusi sebaiknya dilakukan 5 – 6 jam setelah proses pengemasan agar kondisi gas OZONE yang terkandung dalam air hasil menguap dan gas ozone tersebut kembali menjadi oxigent. Setelah 5 – 6 jam lebih baru produk diperbolehkan dikonsumsi maupun diditribusikan.

          Dari proses yang dilihat untuk pembuatan air minum dalam kemasan, sepertinya sudah sangat steril dan memenuhi standar kesehatan. Lalu apa sebenarnya yang menjadikan air minum dalam kemasan bisa tetap terkontaminasi mikroba?
Berdasarkan studi kasus Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) terdapat 20 depo air minum di wilayah Jakarta pada tahun 2012 tidak memenuhi standar pengisian air minum, seperti tidak adanya proses sterilisasi pada galon air. Selain itu, penanganan produk secara tidak tepat saat distribusi hingga sampai ke pedagang dan konsumen juga berpengaruh pada kualitas AMDK. Kemasan yang rusak atau bocor akibat guncangan karena penanganan yang kurang tepat, seperti dilempar saat proses distribusi, dapat memicu perkembangan mikroba di dalamnya. Penyimpanan yang tidak baik, seperti dalam keadaan tidak tertutup rapat atau di tempat yang kontak langsung dengan sinar matahari dapat memicu perkembangan mikroba tertentu dan dapat merusak mutu dari kualitas air tersebut.
Berikut adalah mikroorganisme yang dapat hidup di air minum.
1.     Bakteri coliform
Bakteri coliform merupakan parameter mikrobiologis terpenting kualitas air minum. Kelompok bakteri coliform terdiri atas Escherichia coli, Enterobacter aerogenes, Citrobacter fruendii, dan bakteri lainnya. Meskipun jenis bakteri ini tidak menimbulkan penyakit tertentu secara langsung, keberadaannya di dalam air minum menunjukkan tingkat sanitasi rendah. Oleh karena itu, air minum harus bebas dari semua jenis coliform. Semakin tinggi tingkat kontaminasi bakteri coliform, semakin tinggi pula resiko kehadirnya bakteri-bakteri patogen lain
2.   Salmonella typhi




Salmonella typhi merupakan salah satu spesies bakteri salmonella yang berbentuk basil, gram negatif, fakultatif aerob, bergerak dengan flagel pertrich, mudah tumbuh pada perbenihan biasa dan tumbuh baik pada perbenihan yang mengandung empedu yang apabila masuk kedalam tubuh manusia akan dapat menyebabkan penyakit infeksi S. typhi dan mengarah kepengembangan tifus, atau demam enterik. Dialam bebas salmonella typhi dapat tahan hidup lama dalam air , tanah atau pada bahan makanan. Di dalam feses diluar tubuh manusia tahan hidup 1-2 bulan. Lalu air minum dalam kemasan dalam terinfeksi bakteri ini karena adanya kesalahan metode pemurnian air atau kontaminasi silang ( Cross Contaminant ) antara pipa air dengan dengan saluran air limbah ( Tarigan, 1988 ).
3.    Escherichia coli
 

Escherichia coli yang mengacu pada sekelompok bakteri yang biasanya ditemukan dalam makanan dan air. Kebanyakan dari bakteri ini tidak berbahaya, tetapi beberapa jenis dapat menyebabkan penyakit. Penyakit akibat E. coli timbul saat bakteri ini melepaskan racun yang dinamakan Sehiga sehingga membuat orang sakit. Racun E. coli paling sering menyebabkan masalah perut dan usus, seperti diare dan muntah. 
Bakteri ini bisa menggandakan tubuhnya atau yang disebut pula dengan generasi dalam waktu 15 hingga 20 menit saja. Dalam waktu tersebut bakteri ini mampu menggandakan tubuhnya menjadi dua kali lipat. Dalam bagan geometrik eksponensiall, tercatat dalam waktu 10 jam saja satu sel bakteri ini bisa menggandakan tubuhnya dan berkembang menjadi lebih dari 1 triliun sel.
Escherichia coli dapat tumbuh di medium nutrien sederhana, dan dapat
memfermentasikan laktosa dengan menghasilkan asam dan gas (Pelczar dan Chan, 2005). Suhu yang baik untuk pertumbuhan bakteri ini adalah antara 8°C 46°C, tetapi suhu optimumnya adalah 37°C. Oleh karena itu, bakteri tersebut dapat hidup pada tubuh manusia dan vertebrata lainnya (Dwidjoseputro, 1978).

4.. Legionella Pneumophila


                 
Legionella pneumophila termasuk bakteri Gram negatif, berbentuk batang, tidak meragi D-glukosa, tidak mereduksi nitrat menjadi nitrit. Koloni bakteri ini hidup subur menempel di pipa-pipa karet dan plastik yang berlumut dan tahan kaporit dengan konsentrasi klorin 2­6 mg/l. 

Legionella dapat hidup pada suhu antara 5,7°C – 63°C dan hidup subur pada suhu 30°C – 45°C.

5.    ENTEROBACTER AEROGENES

   
Aerobacter aerogenes merupakan bakteri gram negatif yang berbentuk basil, motil, tidak membentuk spora,berkapsul,dan memiliki flagel. Bakteri ini sering ditemukan bersama E. Coli hidup bebas di alam seperti di air, tanah dan juga di saluran pencernaan manusia dan hewan.
Sifat pertumbuhan dari Aerobacter aerogenes yaitu dapat tumbuh baik hampir di semua media buatan pada laboratorium mikrobiologi. Selain itu A. aerogenes juga mengurai karbohidrat seperti glukosa dan laktosa menjadi asam dan gas seperti halnya Escherichia coli.

Aerobacter aerogenes sering ditemukan bersama E. Coli pada lingkungan yang sama (tanah & air), selain dapat hidup sebagai saprobe di saluran pencernaan hewan dan manusia.  Aerobacter aerogenes adalah salah satu jenis bakteri coliform, yang merupakan kelompok bakteri yang digunakan sebagai indikator kondisi sanitasi yang tidak baik terhadap makanan dan minuman.


Itulah beberapa mikroba yang menjadi patogen jika jumlahnya berlebihan di dalam air minum.
Mengacu pada standar World Health Organization (WHO), Meminum air minum yang terkontaminasi mikroba patogen merupakan salah satu faktor utama berkembangnya penyakit, seperti diare. Diare dapat menyebabkan 1,4 juta bayi meninggal setiap tahun.

Sebagai konsumen, sudah selayakya kita lebih berhati-hati apa yang akan kita konsumsi. Terlebih lagi untuk air minum, karena air adalah kebutuhan utama dan kebutuhan paling besar yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Sekian dari saya, semoga apa yang sudah disajikan bermanfaat :D




Daftar Pustaka

Sukiman Said Umar, dkk, 2007, Keracunan Akibat Pangan, Jakarta: Sentra Informasi Keracunan Nasional, Pusat Informasi Obat dan Makanan, Badan POM RI.
             
Kim, S. Food Poisoning: Bacterial, Fifth Edition. Olson, K.R. (Ed). Lange Medical Books/McGraw-Hill Companies, Inc. New York. 2007.

Maksum Radji, dkk, 2008, Majalah Ilmu Kefarmasian Vol. V, Depok: Departemen Farmasi FMIPA, Universitas Indonesia.

Sri Agung Fitri Kusuma, 2010, Escherichia coli, Bandung: Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran.

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 492/Menkes/Per/IV/ 2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum Standar Nasional Indonesia (SNI) No.01-3553-2006 Tentang Air Minum Dalam Kemasan

http://www.emedicinehealth.com/food_poisoning/page4_em.htm#when_to_seek_medical_care

http://www.emedicinehealth.com/food_poisoning/page6_em.htm#food_poisoning_self-care_at_home

http://www.emedicinehealth.com/food_poisoning/page7_em.htm#food_poisoning_medical_treatment

http://www.health.ny.gov/environmental/water/drinking/coliform_bacteria